Profil

Pondok Pesantren Terpadu Al Istiqomah dirintis dan didirikan oleh beberapa orang tokoh yang notabene adalah para aktivis dakwah, alumni beberapa pondok pesantren dan perguruan tinggi. Hal inilah yang menjadi sedikit pembeda dengan pesantren lainya yang umumnya didirikan oleh seorang figur sentral, yang pengelolaan dan kepemilikan selanjutnya dikuasai oleh seorang kiai dan bersifat turun temurun. Namun tidak demikian dengan Pondok Pesantren Terpadu Al Istiqomah, pesantren ini didirikan oleh sekelompok orang, yang bahkan memiliki latar belakang organisasi kemasyarakatan yang berbeda, diantaranya adalah PUI, HMI, PMII, dan PII. Yang menjadi ‘simpai pengikat’-nya, adalah kesamaan idealisme dalam upaya menyemaikan nila-nilai luhur yang menjadi intisari Islam yakni; Keadilan Ilahi, Kemerdekaan Sejati dan Persaudaran Universal..

Para perintis dan pendiri Pondok Pesantren Terpadu Al Istiqomah ini dikomandani oleh seorang Kiayi yang berwawasan kosmopolit dan mondial, bersikap elegan dan egaliter. Seorang alumni IAIN syarief Hidayatullah, yaitu KH Royanuddin AS yang akrab disapa ‘Buya’. Beliau adalah murid langsung dari seorang ulama karismatik dan eksentrik Mama Ajengan Badri Sanusi yakni putra dari ulama besar Mama Ajengan Ahmad Sanusi Sukabumi. Beliau juga adalah murid ‘khusus’ langsung dari ulama besar Tasikmalaya Mama Ajengan Khoer Affandi. Ketika mahasiswa beliau adalah aktivis pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Bahkan saat masih duduk di bangku SLTP beliau sudah menjadi aktivis yang cukup progress dan mobile pada salah satu organisasi pelajar yaitu Pelajar Islam Isndonesia (PII).

Dengan latar belakang seperti terurai di atas, tak heran jika pada saat menjadi mahasiswa beliau pernah mondok di hotel ‘prodeo’ alias penjara, ekses dari represivitas rezim Orde Baru atas aktivitas-aktivitas beliau yang membuat gerah pemerintah saat itu. Inilah hal unik selanjutnya, dimana sejarah kelahiran Pondok Pesantren Terpadu Al Istiqomah, didirikan oleh seorang mantan tahanan politik yang tak memiliki modal apapun kecuali kehendak dan cita-cita. Beliaulah yang menjadi main setter dari para pendiri itu, dengan tokoh-tokoh penting lainnya antar lain adalah :

Ust. Abdurrahman Badruddin, seorang santri yang akademis, alumni IAIN Syarief Hidayatullah, jebolan dari Pondok Pesantren  Gunung Puyuh Sukabumi.

Ust. Acun Basuni, BA, seorang alumni beberapa pesantren salafi selama kurang lebih 10 tahun antara lain Pesantren Al Hidayah, Pesantren Syamsul ‘Ulum Gunungpuyuh, Pesantren Assalafiyyah babakan Tipar Sukabumi. Beliau menguasai banyak tentang kitab-kitab klasik Islam.

Dua orang tersebut termasuk kategori perintis. Sementara tim pendiri terdiri dari:

Drs. Ramlan, seorang aktivis Dakwah Islam

Ust. Abu Bakar Saefuddin, juga seorang aktivis Dakwah

Ir. Bambang Imam, M. Hum, seorang aktivis Pergerakan Islam lulusan Ilmu Sejarah Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Pada awal pendiriannya pesantren ini tidak memiliki tanah sejengkalpun. Selama beberapa tahun, pengajian berlangsung di beberapa rumah penduduk yang dikontrak. Adapun sekolah dilangsungkan dengan menumpang di Madrasah Diniyyah setempat.

Pada tahun 1993, Pondok Pesantren Terpadu  Al Istiqomah sudah memiliki santri sekitar 90 orang meliputi putra-putri. Dan pada tahun inilah Pesantren Al Istiqomah mendapatkan lahan sendiri seluas kurang lebih 1 Ha. Bantuan dari seorang tokoh masyarakat setempat yakni Bapak H.M. Abuddin ayah dari Ust. Abdurrahman Badrudin salah seorang anggota perintis. Setengah  dari luas lahan tersebut berstatus wakaf dan setengahnya lagi berstatus hutang yang harus dibayar dengan 3 Ongkos Naik Haji (ONH) dengan nominal harga disesuaikan perkembangan waktu. Saat aqad perjanjian itu dibuat, harga ONH sekitar Rp. 8.000.000 per orang. 2 dari 3 ONH tersebut telah dibayar pada musim haji tahun 2006 dengan harga per ONH sebesar Rp.27.000.000.

Pendirian Pondok Pesantren Terpadu Al Istiqomah
berdasar atas sebuah cita-cita besar dan pandangan filosofis bahwa Pendidikan merupakan salah satu elan vital dari religiusitas seorang muslim. Karena pendidikan merupakan rangkaian proses pembentukan karakter (character building), pembentukan sistematika berfikir (takwinul fikri), dan pembangunan mental (mentality building) yang berorientasi kepada terciptaya harmoni dan sinergi dalam perkembangan seluruh aspek-aspek kepribadian manusia terutama antara kewajiban manusia untuk menghambakan diri kepada  Allah (‘abdun) dan tugas untuk menjadi wakil-Nya di atas muka bumi (khalifatan fi-l Ardhi). Maka dalam persfektif Islam, pendidikan harus memiliki orientasi pembentukan kepribadian yang memiliki kesadaran kosmik dan berwawasan mondial yang melingkupi proses internalisasi sifat-sifat ke-Ilahi-an ke dalam ranah ke-diri-an manusia, agar memiliki sikap ‘kepasrahan total’ kepada Allah SWT sebagai muara akhir pengabdian manusia.” sebagaimana tersirat dalam istilah pendidikan itu sendiri yaitu: ‘tarbiyyah’ yang memiliki kedekatan maknawi dengan kata ‘rabb’ dan ‘rubbubiyyah’, yakni peleburan ego ke-manusiaan dan kedirian ke dalam samudra ego ke-Ilahiah-an.